Minggu, 13 Mei 2012

Drama : Syukurku atas ujian-Mu


Tokoh
1. Aisyah  = P
2. Tante Aisyah P Sarah
3. Teman Aisyah P Laura
4. Nenek Aisyah P Siti
5. Ibu Aisyah P Aminah, dan Guru Aisyah Rina
6. Om Aisyah  L Samsul
7. Guru Ngaji Aisyah L Abdullah
8. Sepupu Aisyah, anak sarah dan samsul L Aldo
Aisyah adalah seorang gadis yang sangat baik hati, sabar dan pintar. Dia tinggal bersama Ibunya, Aminah yang telah menjanda karean ditinggal mati suaminya sejak Aisyah berusia 8 bulan didalam kandungan. Walaupun single parents namun Aminah telah berhasil membesarkan Aisyah menjadi seorang muslimah yang sabar.
(latar 1: Ruang keluarga Aminah dan Aisyah)
Aisyah : Umi, tau tidak hal apa yang membuatku paling bahagia didunia ini?
Aminah           : (mengusap kepala Aisyah) apa itu anak umi tersayang..
Aisyah             : Aku sangat bahagia karena aku menjadi anak Umi. Umi, kelak jika aku menikah aku ingin menjadi istri dan Ibu yang sangat sabar seperti Umi.
Aminah           : (Terharu) sayang, bersyukurlah pada Allah karena Dia yang telah ijinkan Umi untuk tetap mendampingimu hingga seusia ini. Berjanjilah pada Umi, kelak ketika kamu harus tanpa Umi jangan pernah menangis, karena tangisanmu akan menjadi kesedihan umi.
Aisyah             : Umi, kenapa bilang seperti itu? Aku tidak ingin jauh dari Umi. Aku takut karena hanya Umi yang paling mengerti aku.
Aminah           : Ah sayang, kamu kan sudah kelas 2 SMA ada saatnya kamu akan berjuang sendiri. Sudah-sudah segeralah mandi. Besok kita pergi ke makam ayah dan mengunjungi nenek ya
(latar 2, di luar makam selesai berdoa)
Aminah           : sayang, kamu pergilah sendiri kerumah Nenek. Umi merasa tidak enak badan.
Aisyah             : (Khawatir) Umi kenapa? Umi sakit, ya sudah umi nanti saja kerumah neneknya yah, aku takut Umi kenapa-kenapa.
Aminah           : (Tersenyum) Umi tidak apa-apa sayang, umi hanya masuk angin saja. Pergilah ke rumah nenekmu, dia akan menunggu terlalu lama untuk obat ini. Hati-hati sayang, jaga diri baik-baik ingat semua nasihat Umi!
Aisyah             : Ya sudah Umi, tapi bener kan Umi tidak apa-apa? Umi nanti Isah belikan bubur kesukaan Umi
Aminah           : Iya sayang, pergilah! Jangan lupa shalat dulu ketika akan pulang nanti tampaknya kamu akan Dzuhur disana.
Aisyah pun pergi, entah mengapa terasa sangat berat meninggalkan sang Ibu.
(latar 3: Rumah nenek)
Aisyah : Assalamualaikum Nek, (Cium tangan)        
Siti    : Waalaikumsalam Aisyah
Aisyah             : Nek, ini obat gosok untuk kaki nenek. Isah mau ikut shalat dulu yah Nek, isah tidak bisa lama-lama.
Siti    : Iya, tapi emang kenapa kok begitu buru-buru?
Aisyah             : Tidak apa-apa Nek, Aisyah akan belikan bubur untuk Umi takut Umi menunggu berlalu lama.
Selesai solat Aisyah segera begegas pulang dan membeli bubur, sesampainya dirumah, Aisyah tampak heran karena dirumahnya tampak ramai dan melihat ada bendera kuning dihalaman rumahnya, seketika bubur yang dibawanya pun jatuh seiring dengan tubuh Aisyah yang berlari cepat.
Aisyah             : Umi.. Umi.. Tante sebenarnya ada apa? Dimana Umi? Itu siapa tante?
Sarah : sayang, kamu tenang dulu. Istigfar dulu sayang. Dengarkan tante baik-baik, Allah telah memanggil Umi ke sisi-Nya.
Aisyah             : Enggak, enggak, tante jangan becanda apapun tentang Umi! Umi sedang menunggu bubur yang Isah belikan! Tante bohong!
Samsul            : Aisyah, kamu yang sabar ya Nak! Sabar, Allah tengah meguji kamu!
Aisyah membuka kain penutup jenazah dan menangis tersedu-sedu. Sarah dan Samsul menenangkan Aisyah.
7 Hari telah berlalu, Aisyah tidak pernah mau makan, tidak mau berangkat sekolah dia hanya terbaring ditempat tidur Ibunya tercinta. Karena kebinggungan Samsul memanggil Guru ngaji Aisyah untuk memberikan pencerahan kepada Aisyah.
(rumah Aisyah, teras belakang rumah)
Samsul            : Alhamdulillah, terimakasih sekali karena Bapak Abdullah ini sudah bersedia dating kemari ya Bu.
Sarah : Iya, Terimakasih sekali lagi pak Abdullah
Abdullah         : Ah, sama-sama Bapak Ibu, karena saya sudah mengganggap Aisyah sebagai anak saya sendiri, maklumlah dari kecil dia hanya bersama ibunya pastilah ini ujian terbesar untuknya.
Abdullah menghampiri Aisyah diteras belakang
Abdullah         : Assalamualaikum. (Aisyah tidak menjawab) Salam itu harus dijawab lho Aisyah, tidak lupa kan?. Saya tau hatimu telah sangat hancur, tapi jangan jadikan itu alas an untuk berbuat dosa Aisyah. Ibumu disana pasti tidak akan tenang melihatmu seperti ini. Kamu harus kuat dan melanjutkan hidup kamu!
Aisyah             : Untuk apa lagi saya hidup Pak? Ga guna kan? Saya benci Allah, kenapa harus Umi? Kenapa harus saya? Sedangkan yang saya punya hanya Umi dan sekarang saya tidak punya lagi siapa-siapa!
Abdullah         : MasyaAllah, Aisyah apa yang telah kamu katakan Nak? Segeralah istigfar atas perkataanmu itu! Allah memberikan ujian yang besar karena Dia sangat menyayangi kamu
Aisyah             : Apapun itu, bukan urusan Bapak! (ssambil pergi)
Keesokan harinya, Aisyah pindah kerumah Samsul dan Sarah
Samsul            : Aisyah, semoga kamu betah yah maaf rumah Om hanya segini-gininya.
Aisyah             : Tidak apa-apa Om, saya sangat berterimakasih.
Sarah : iya sayang, kamu jangan sungkan-sungkan yah sama Tante
(Di sekolah) Aisyah menjadi anak yang sangat cuek dan diam semenjak Ibunya meninggal.
Aldo : sah. Mumpung kelas kosong kita ke masjid aja yuk shalat Dzuhur dulu, biasanya kan kamu ga pernah kelewat.
Aisyah             : shalat aja sendiri, aku ga lagi butuh Tuhan! (sambil pergi. Dihampiri Laura)
Laura               : Gue denger, lo udah ga butuh Tuhan?
Aisyah             : Terus apa hubunganya dengan lo?
Laura               : Tenang dulu, gue cuma mau sharing aja kok. Gue punya masalah yang sama kaya lo sejak gue masih SMP. Hingga ketika gue baca sebuah buku yang ngajarin gue untuk ga percaya bahwa Tuhan itu ada. Kita tuh Cuma butuh usaha, toh semua itu tergantung kita bukan Tuhan. Bener kan?
Aisyah             : Mungkin lo bener, Tuhan tuh ga adil.
Laura               : Bumi ini diciptakan dengan sendirinya, dan akan hancur dengan sendirinya. Bukan karena Tuhan. So dalam hidup ini kita ga perlu Tuhan, semua adalah karena kita, kehendak kita dan ada ditangan kita.

Hari, Bulan telah berlalu selama itu Aisyah malas belajar kerjanya hanya main main dan main saja.
(latar: rumah ) Aisyah pulang sekolah bersama Aldo. Terdengar pertengkaran
Samsul                         : Kamu jangan hanya bisa nyalahin aku dong, aku begini karena kamu yang tidak peka
Sarah : Alah, dasar saja kamu laki-laki mata keranjang
Samsul            : (plak; menampar sarah) jaga perkataan kamu Sarah!
Aldo masuk kedalam rumah
Aldo : Pah, stop pah stop! Tolong jangan sakiti mamah lagi, papah sudah tega hanya karena istri muda papah? Lihat pah waktu dulu, waktu kita masih miskin mamah yang selalu mendampingi papah, papah itu sungguh tidak punya hati.
Samsul            : (menampar Aldo) sudahlah anak bau kencur seperti kamu tau apa! Lebih baik kita cerai !!
Sarah menangis, Aldo menenangkan samsul pergi
          : Tante, tante yang sabar yah. Tante bicarain lagi baik-baik sama Om samsul
Sarah : sudahlah, kamu ini tau apa kamu itu ponakan dia jelas kamu akan bela dia.
Seenjak kejadian itu Sarah sangat sinis terhadap Aisyah. Hari pembagian rapot semester 2 kelas 2 SMA tapi Sarah tidak mau mengambilkan rapot Aisyah. Menelepon samsul untuk meminta mengambilkan rapot.
(disekolah)
Rina  : Bapak, sebenarnya saya sangat kecewa melihat ini. Saya sangat menyayangkan 2 semester terakhir Aisyah sangat turun drastic, dia selalu mendapat rangking pertama sejak masih TK namun sekarang dia menghuni jajaran rangking terakhir. Kalau begini terus dia terancam tidak lulus.
Usai mengambil rapot, samsul dan Aisyah pergi ke suatu tempat.
Samsul : Aisyah, jujur Om kecewa atas menurunya prestasi belajar kamu, om perhatikan kamu juga sangat jauh dari Allah. Aisyah, kematian Ibu kamu bukan berarti hidup kamu pun mati, kamu harus terus berjuang. Ingat disana Ibu kamu menangis melihat keterpurukan kamu!
Aisyah : stop Om! Apa om pernah ngerasain kehilangan? Apa om pernah ngehargain perasaan orang lain yang tertinggalkan? Enggak kan Om? Aku diacuhin, dicuekin sama Tante sarah gara-gara aku masih numpang hidup sama dia, sedangkan Om kandung aku sendiri mencampakan dia! Aku sakit Om, dan asal Om tau sekarang aku ga butuh Tuhan. Kita akan dapatkan segalanya jika kita berusaha bukan karena Tuhan!! (sambil pergi)
Aisyah berjalan terus hingga sampai di rumahnya terdahulu bersama Ibunya, kemudian Aisyah lewat mushala Abdullah yang kebetulan ada Aldo disana.
Abdullah:Aisyah, mau kemana? kemari lah! Ikut mengaji bersama kami lagi.
Aisyah : Terimakasih untuk ajakan Anda, tetapi sekarang saya tidak percaya Tuhan! Sambil berlalu
Aldo : Aisyah, jaga bicara kamu!
Aisyah : sekarang aku benar-benar tau, ga ada alas an apapun untuk aku tetap jalani hidup. (lari)
(mencoba bunuh diri : Dilantai atas sekolah. Dikejar Aldo dan Abdullah)
Aisyah: Mau apa lagi kalian mengikuti aku? Dengar sekali lagi aku tidak percaya Tuhan itu ada, kalo pun ada dia itu sangat tidak adil. Dia mengambil mereka dari sisiku.
Aldo : Isah, kamu tenang. Kamu engga inget sama Nabi Muhammad yang lebih menderita dari kamu? Nabi Yusuf yang dibuang dan dijadikan budak?
Aisyah     :siapa mereka? Sekali lagi aku bilang. Tuhan itu tidak ada (hendak loncat, Samsul dating. Sarah dan nenek pun datang)
Samsul     : Jangan Aisyah! Jangan!! Maafkan Om yang telah menelantarkan kamu sungguh Om sangat menyesal.
Aisyah     : Percuma om, sudah tidak ada gunanya saya ada didunia ini.
Abdullah  : MasyaAllah, Aisyah ingat pada Ibumu yang sangat menderita disana melihat ulahmu!
Samsul     : Aisyah, jangan lakukan lagi hal konyol. Om janji akan ceraikan istri kedua Om dan hidup rukun kembali bersama kalian!
Aisyah     : (menangis lari ke pelukan Sarah), Tante aku lakukan ini untukmu. Semoga dengan ini aku dapat berguna membuatmu bahagia.
Sarah : (menangis) maafkan tante Aisyah, tante sangat menyesal. Tante sangat sayang padamu tapi tante selalu merasa sakit hati ketika melihat wajahmu mengingatkan tante pada samsul. Tante tidak membencimu sama sekali.
Aisyah     : Benarkah tante? Aku ingin keluarga Tante dan Om kembali rukun.
Samsul     : Ibu, maafkan bapak ya bu.. Bapak janji akan ceraikan istri kedua bapak.
Sarah : Maafkan ibu juga yah pak, bapak mendua juga kan mungkin karena ibu kurang memperhatikan Bapak. (mereka pun baikan, semua kembali kerumah)
(latar : Teras rumah)
Aldo : Isah, terimakasih yah. Keluarga aku kembali normal karena kamu telah menyadarkan ayahku.
Aisyah     : sama-sama, toh hanya itu yang aku bisa untuk membalas kebaikan keluargamu padaku.
Nenek      : (menghampiri), sudah waktunya shalat asyar. Yuk kita shalat berjamaah
Aisyah     : Kalian saja, aku tidak mau dan tidak akan pernah mau.
Abdullah  : Aisyah, Allah menguji kamu bukan berarti karena Dia membenci kamu. Justru Dia member ujian karena Dia sayang pada Hamba-Nya. Kamu juga harus ingat, dalam hidup tidak selamanya semua berjalan seperti keinginan kita. Ada saatnya ketika kita harus bersabar!
Aisyah     : Tapi kenapa harus saya Pak Ustadz? Sejak lahir pun saya tidak pernah melihat wajah asli Ayah kandung saya, lalu ketika saya bahagia atas hidup kenapa Tuhan harus ambil ibu saya dengan alas an yang tidak jelas?
Nenek      : Isah, semua adalah titipan, hanya milik-Nya, jadi kapan pun Dia kehendaki Dia akan ambil itu semua kembali. Contohnya, nenek bisa berjalan kembali setelah bertahun-tahun lumpuh karena penyakit?! Kamu tidak benar-benar lupa akan itu sayang, karena kami telah menanamkanya sejak kamu masih kecil.
Samsul     : Kita akan memulai semuanya dari awal, di bawah ridho Allah. Amin..
Sarah : Iya Isah, anggaplah tante sebagai ibu kamu sendiri. Kita adalah keluarga
Mereka saling berpelukan dan Aisyah pun sadar. (Mereka shalat berjamaah). Hingga pada akhirnya Aisyah dan Aldo mendapatkan beasiswa kedokteran di NationalUniversity of Singapura. END











Tidak ada komentar:

Posting Komentar