Rabu, 30 Mei 2012

Teks Ceramah Pendidikan Agama Islam


Nama   : Nur Azizah Basalamah
Kelas   : XI IPA 4
SMA Negeri 2 Kuningan 2012

Al-Qur’an & Kehidupan Masa Kini
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil alamin, Washolatu wasalamu ala asyrafil anbiya’ wal mursalin. Amma ba’du
Puji beserta syukur marilah kita tetap panjatkan kehadirat Allah SWT, karena di hari yang cerah ini kita dapat berkumpul kembali sebagaimana biasanya. Sholawat dan salam teriring doa, marilah kita panjatkan kepada junjunan kita semua Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya dan juga kita selaku umatnya yang Insya Allah akan taat pada ajaranya sampai akhir jaman. Amin Ya Rabb..
Hadirin yang dimuliakan Allah, pada hari ini saya akan memberikan ceramah mengenai Al-Qur`an dan Kehidupan masa kini.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir dan tersempurna, diwahyukan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. Sebagai petunjuk untuk keselamatan hidup ummat manusia di dunia dan akhirat. Wahyu tersebut diturunkan Allah ke dalam hati yang suci. Allah berfirman:
تزل به روح الأمين . على قلبك لتكون من المنذرين. 
“Al-Qur’an di bawa oleh Ruhul Amin ke dalam hatimu (Nabi Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan”. (QS. Al-Syu’ara, 26:193-4).
Ayat ini mempunyai makna dan arti bahwa terjadinya hubungan atau komunikasi antara Allah dan manusia adalah melalui hati yang suci dan bersih, dan dari hati yang suci itu pulalah orang dapat menyampaikan dan memberikan peringatan kepada orang lain.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling belakangan diturunkan dan tidak ada satu kitab suci apa pun yang paling terkenal dalam sejarah dan paling besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia, kecuali kitab suci al-Qur’an. Karena itu, bagi seorang muslim, pemahaman terhadap al-Qur’an merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk menjadi bimbingan dalam kehidupan kita..
Walaupun demikian, kebutuhan seorang muslim terhadap al-Qur’an dan pemahamannya adalah karena Al-Qur’an merupakan prinsip dasar agama, prinsip iman dan pemikiran yang dapat memberi arti, dorongan, kesucian dan semangat dalam hidup. Al-Qur’an adalah sumber pengetahuan yang paling suci bagi orang-orang yang mau hidup suci.
Karena al-Qur’an adalah petunjuk untuk keselamatan hidup kita dunia dan akhirat, maka kita perlu merasakan bahwa al-Qur’an diturunkan kepada kita dan pada saat ini. Ini bermakna bahwa al-Qur’an benar-benar memberi petunjuk buat kita sekarang ini. Jadi, kita benar-benar memfungsikan al-Qur’an sebagai kebutuhan yang sangat mendesak untuk saat ini.


Al-Qur’an hanya akan menjadi mainan hidup saja jika tidak diterima dengan hati yang suci.
يقولون بأفواههم ما ليس فى قلوبهم
“Mereka mengatakan dengan bibir apa yang tiada dalam hati mereka” (QS. Ali Imran, 3:167)
Jadi al-Qur’an akan dapat menjadi petunjuk, jika diterima dengan hati yang suci:
ومن يؤمن بالله يهد قلبه
“Barang siapa beriman kepada Allah, Ia akan memberi hidayah pada hatinya”. (QS. Al-Thaghabun, 64:11)
Menurut ajaran al-Qur’an, keberadaan iman, taqwa, dan hidayah ditempatkan Allah di hati. Demikian juga puncak pengetahuan tertinggi, yaitu wahyu, juga ditempatkan dalam hati. Itu sebabnya semua kebaikan mucul dari hati yang suci dan tulus, seperti cinta, rahmah, toleran, ketenangan, kedamaian, kesucian, dan semua sifat terpuji.
Sebaliknya, pada hati itu pula tersimpannya kekafiran, kebodohan, kebencian, kesombongan, kekerasan, kedengkian, kegoncangan, kegelisahan, ketakutan dan semua sifat tercela. Sifat dan perbuatan terpuji muncul dari hati yang sehat (qalb salim), sedangkan sifat dan perbuatan tercela mucul dari hati yang mengidap penyakit.
فى قلوبهم مرض فزادهم الله مرضا ولهم عذاب أليم بما كانوا يكذبون
“Dalam hati mereka terdapat penyakit lalu Allah menambahkan penyakit itu, dan bagi mereka siksa yang pedih atas apa yang mereka dustakan” (QS. Al-Baqarah, 2;10)
Dari penyakit-penyakit hati inilah timbul kerusakan hidup, kerusakan bangsa dan negara. Untuk pengobatannya, tidak ada jalan, kecuali kembali kepada al-Qur’an dengan hati yang tulus dan suci. Al-Qur’an adalah obat untuk kehidupan ini, karena itu kembalilah kepada al-Qur’an, jika ingin hidup tenang, damai dan aman.
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari ceramah ini adalah bagaimana cara kita mempelajari al-Qur`an sebagai kebutuhan yang herus dipenuhi tanpa mengabaikan ajaran-ajaran yang lainya. Al`Quran merupakan dasar dari segala dasar yang sudah sepantasnya kita jaga kemurnianya. Dijaman yang modern ini banyak sekali perbuatan yang melanggar hukum dan ham yang sebenarnya apabila kita kembali kepada ajaran Al-Qur`an tidak sepatutnya terjadi. Jika setiap orang khususnya muslim berpegang teguh pada ajaran Al-Qur`an niscaya kehidupan dibumi ini akan tetap aman damai dan sejahtera.

Sabtu, 26 Mei 2012

The Disappearance of Sundanese Cultures




The Disappearance of Sundanese Cultures
Modernization and globalization nowadays have widely spread all over the world. This has caused Sundanese culture face a very big problem. It’s almost extinct. It’s not impossible that someday it will really disappear from the world.
Firstly, modernization and globalization have evacuated the culture of the native to the very border side of culture. In the other hand, rationalization and technology development have made the life of Sundanese become more modern and make things easy to be done for them. However, the risk is the extinction of the social systems inside, the religious institutions and the fading of the Sundanese traditionalism. As the example is the extinction of the Sundanese traditional identity, such as Kaulinan Sunda. Gatrik, Galah, Perang Gobang, Rerebonan, Bancakan, Ucing SUmput, Oray-orayan, and many others have been disappeared by the pop culture, such as Birthday Party, Party, Television, Theatre, VCD, Disco, and even drugs. Technology has removed the Kaulinan culture from the old SUndanese who were close to nature. Kaulinan nowadays has just become a memory for the older generation. Children don’t even know what traditional games of their origin are.
Arts, traditional musics and Sundanese entertaining performances are just the same. Reog, calung, angklung, arumba, kacapi, suling, wayang, kuda lumping, and many others are still can be found on certain ceremony such as wedding, celebration of circumcision, celebrating the Independence day of Indonesia, welcoming party of important persons, and etc. However, it’s still difficult to find the existence of those art performances. If there were no dalang Asep Sunarya, the savior of wayang before the reformation of new regime, probably wayang would disappear. Unfortunately, the desire of Asep to keep wayang alive as the culture heritage of Sundanese was not followed by another artists. Reog, calung and angklung slowly disappear from the society.
Secondly, it has been a long story that Sundanese Language is not interesting and assumed to be unimportant fo students in schools. The rule of the language makes it difficult to be mastered. Students and youngsters’ interest in studying Sundanese language always decrease little by little. Since this problem has been existing for a long period, it’s difficult to find Sundanese language teachers, as well as the master of letters. We just know some of them. They are Rustandi Kartakusumah, Wahyu Wibisana, Ki Umbara, Apip Mustopa, and etc. But this number is still far from hope.
Even in cities, many parents don’t teach their children to use Sundanese language. Modern Sundanese family doesn’t speak Sundanese as the daily language. They tend to choose using Indonesian that is considered as more modern. In young families, the parents teach their children to call them “papi-mami”, “papa-mama”, or “ayah-ibu” instead of “abah-ambu”, “emih-apih”, “ema-apa, “abi-umi”, or “indung-bapa”. People using Sundanese language in daily conversation are assumed to be not Indonesian.
Thirdly, is the poor knowledge about history of Sunda. Historically, Sunda’s history is not as great as Java’s. The kingdoms in Sunda such as Tarumanegara, Galuh, Padjadjaran and Sumedang Larang were the local kingdoms and not expansionist so that they didn’t have big supremacies as the other kingdoms had. The authentic identity of SUndanese culture also has lost its function in the bigger culture hegemony such as Java, Islam, and the West. A historian from Dutch, Hans Kahler, wrote that since Sunda was defeated by Majapahit, Sunda had disappeared from the history. This sad situation is supported by the very little number of SUnda historiography. It seems that the existence of Sunda history is not quite interesting for the historians.
From thos 3 cases, we can see that Sundanese culture has almost extinct. These may cause the extinction of sunda culture in the future. This extinction will occur if the people do not optimize the function of sundanese culture. Lost of cultural function can be seen from the fact that the SUndanese’ youngsters find it unimportant to behave as SUndanese. The extinction of culture is not an impossible thing, so the task for the government, the intellectuals, and Sundanese elite group to think about a cultural strategy so that SUndanese culture still survive in this globalization and modernization era. In the end, it’s hoped that SUndanese culture can be side by side to the modernization.


By : u-know wicky

Minggu, 20 Mei 2012

Carpon Sunda


Dijemput Pati
Kring… Kring .. sora telepon isuk isuk ngagetkeun urang nu keur sasarean keneh. Keuheul oge urang teh da jarang hudang rada beurang kieu, tapi nya saha deui nu rek nelepon ka telepon imah isuk-isuk lamun lain si eta, si Robert ti ditu na mah ngahudangkeun urang meh sms na dibalesan.
“Teteh, itu angkat heula telepon Ibu nuju masak tempe bisi angus” sora pun Ibu meni tarik ngagetkeun nu keur lulungngu keneh
“Ah, keun lah bu sina pareum sorangan paling ge si Robert”
Ibu ngajawab tapi duka teuing ngomong naon teu jelas paling nanya kunaon teu diangkat. Ninggali kana jam weker warna koneng pinggireun tempat sare hadiah ti si Robert basa ulang taun ka 19 urang bulan kamari sok hayang seuri ninggalina maksud manehna meureun sina urang teu kabeurangan sabab jaman SMA baheula urang sering pisan kabeurangan. Tanda perhatian ti manehna tapi sabenerna 4 taun bobogohan teh aya titik jenuh oge, aya rasa nu munggaran beda dina manah jeung urang teu ngarti maksudna naon. Urang mandi tuluy siap-siap mangkat ka kampus.
Datang ka kampus urang teu langsung asup ka kelas tapi mampir heula ka fakultas Akuntansi rek papanggih jeung si Robert. Teu panggih hareupeun fakultas urang nanya ka baturna si Ema.
“Ma, ninggali si Robert teu?”
“Tadi mah aya didieu nungguan maneh lila pisan ceunah, ayeuna keur ka luar neangan sarapan”
“Oh, geus lila tacan kaluarna?”
“Nya aya 15 menit mah. Naha teu bebeja sugan?”
“Ambek jigana mah nungguan urang lila, urang teu mawa hp deui pang smskeun wae urang aya didieu kitu”
“Geus 4 taun masih keneh ambek kunu kitu sugan Zah? Yeuh ketik bae sorangan”. Urang padu seuri ditanya kitu mah emang adatna si Robert urangna keding salah nganteupkeun manehna. Teu lila disms si Robert datang.
“Tos lila didieu?” Jol bae urang teh tenang ari manehna geus datang mah
“Lumayan, hampura nya lami ngantosana urangna teu nyandak hp ”
“Nya teu nanaon. Aya kelas jam sabaraha?”
“Jam 10, salirana jam sabaraha?”
“Jam 1, ke uihna sareng nya” tidinya urang ngobrol ngaler ngidul nu teu puguh tuluy urang pamit rek asup ka kelas. Dikelas si horeng mah dosen na teh teu datang urang kalah milu ngarumpi di tukang baso jeung si Imah, si Wawan sobat urang ti jaman SMA.
“Zah, sms bae si Robert na suruh kadieu pan asa keur reuni SMA urangna” si Wawan nyuruh
“Teu usah deuh, manehna aya kelas ayeuna mah. Sering teuing bareng teh males euy Wan”
“Naha? Keur ambekan sugan?” si Imah nimbrung
“Teu Mah, urang kapikiran bae omongan indung urang euy. Kalah jadi galau urangna”
“Urang apal. Pasti masalah beda agama nya?”
Urang padu unggeuk
“Emang aya kemungkinan teu sih salah sahiji aya nu pindah agama?” pertanyaan si Wawan ngieun hate urang tambah norogtog tariis.
“Urang mah teu mungkin pindah Wan, lamun si Robert oge teu mungkin keluargana mah pageuh kana Kristen. Ceuk indung urang ayeuna mah lain masana nyobaan bobogohan komo diumur urang nu geus 20 jalan. Beuki lila hubungan tangtu bakal tambah hese pegatna. Tapi lamun kudu putus ayeuna urang can siap, can siap poho!”
“Lamun emang euweuh kemungkinan salah sahiji pindah agama mah emang mending pisah ayeuna Mah, bisi engke na tambah pabeulit. Ari maneh apal keluargana teu?”
“Urang apal, tapi da nya teu resmi apal na geh”
“Ceuk urang mah mending maneh istikharah bae Zah, menta patunjuk ka Gusti Alloh numana nu bener”
Obrolan beuki ngusik kana uneuk uneuk hate,  salila ieu urang mbung mikiran soal agama tapi ayeuna meureun geus wayahna urang mikir pamisah urang jeung si Robert nu moal aya jembatana. Anggeus kuliah urang balik bareng jeung si Robert, teu langsung ka imah urang menta anteur ka Gramedia heula rek meuli buku. Mantare urang milihan buku sangaja urang neteup sekeut raray manehna, urang ngarasa nyaman, tentrem, pinuh rasa nyaah, pikiran urang ngalayang kamana-mana naha urang kudu dipisahkeun ku benteng anu hese dirubuhkeunana? Naha baheula urang kudu bobogohan teu kapikir ujungna pasti bakal nyeuri? jeung loba deui pertanyaan anu ku urang teu bisa jawab dina hate. Teu karasa nepi ka cai mata urang ngabaseuhan pipi, laun laun ngeclak murag kana buku nu keur di cekelan. Manehna balik neteup, urang langsung tungkul tapi manehna nyaho yen urang ceurik. Manehna teu langsung nanya urang naha ngan ngeupeul lengeun urang tur kaluar ti Gramedia mawa urang ka tempat biasa urang duaan taman pinggireun gereja Catredal.
“Aya naon? Naha geuning cenggeng?” manehna mere pertanyaan anu teu bisa ku urang jawab
“Heunteu”
“Tong bohong, jujur sok” kata-katana meni halus, tulus.
“Bert, Zahra teh alim pami kedah kaleungitan maneh mah, urang teh sasarengan ti jaman urang masih bodo, culun nepi ka ayeuna dewasa. Tapi urang oge dipisahkeun ku tembok nu kalawan jangkung hese dirobohkeun. Ceuk Zahra mah ayeuna atawa engke oge sami wae bakal nyeuri”
 “Maksud maneh urang teh kedah putus ayeuna?”
 “Ayeuna atawa engke oge sami wae Bert, sami! Sami bakal peurih bakal nyeuri!”
Robert heunteu ngajawab mung ninggali ka langit terus narik napas panjang, urang pusing hate urang tambah gamang. Urang dianteur balik ku si Robert tapi sapanjang jalan teu aya omongan nanaon. Peutingna urang teu bisa sare, ninggalikeun bae jam weker koneng nunjukeun masih jam 01.00 peuting teuing naon ku urang rasakeun ayeuna seneng leupas tina beban pikiran atawa keur nganyeunyeuri diri sorangan. Aya samingguna ti kajadian poe eta urang teu komunikasi jeung si Robert, tara papanggihan atawa ulin bareng. Pernah panggih manehna aya di Fakultas Ekonomi jeung si Ema tapi urang teu nyampeurkeun. Kaleungitan nya ngan rasa eta hiji anu ku urang rasakeun ayeuna, biasana unggal poe bareng unggal poe panggih unggal poe sampe asa bosen tur ayeuna jadi teu aya, jadi sorangan jadi asa aya nu leungit aya nu kurang. Bert, maneh ngarasakeun nu ku urang rasakeun teu? Kieu sugan patah hati teh?
Sabulan, dua bulan, tilu bulan, waktu maksa urang mohokeun si Robert tapi hate mah anggeur nyimpen rasa anu teu pernah leungit ti awal urang papanggih 4 taun katukang. Poe ieu ulang taun ka-20 si Robert ti jauh jauh poe urang geus pesen sapu tangan keur kado jeung manehna biasana mun salah sahiji ulang taun urang bakal datang ka tempat anu sarua ka taman pinggir gereja. Poe ieu urang teu kuliah hoream da awak ge rada teu arenak, urang datang ka taman ieu deui sorangan. Urang diuk ditempat kamari ieu duaan jeung si Robert. Dina jeroeun hate urang teu munafek, urang sono ka manehna urang ngarep manehna inget tempat ieu.
Disebrangeun urang diuk aya tangkal caringin gede pisan diditu katenjona rame tur urang nimukeun raray raray anu teu asing diditu aya Imah, Wawan, Ema, Riki, Entin, jeung.. Robert enya itu si Robert. Urang hudang rek nyampeurkeun kaditu tapi hate urang asa kasodetan ku silet basa katempo ku mata sorangan si Ema nangkeup si Robert jeung si Robert na cicing bae katempona mah si Ema mere kado warna biru kotakna teh. Teu loba ngomong urang malangkeun kotak kado nu ku urang bawa tur lumpat ka jauh mawa beban nu leuwih beurat, mawa kanyeuri anu hebat jeung kahadang ku loba tanda tanya dina hate urang hate anu nyeuri kacida. Balik tidinya awak urang asa ringsek tapi anggeur leuwih ringsek hate urang, meureun kuduna urang seneng yen Robert geus menangkeun nu anyar, nu leuwih hade jeung nu leuwih penting nu sa-agama! Ibu urang teu nyaho naon nu ku urang rasakeun tapi poe iyeu Ibu nimukeun peurih hate urang tinu sorot mata urang. Urang geuring, geuring lahir tur geuring batin.
“Zahra, tong nyiksa diri. Upami hoyong ngaleupaskeun sok tong nanggung tapi upami hoyong manjang sok keupeul sing pageuh” sora Ibu meni halus asup kana jero hate urang
“Zahra lieur Bu, ayeuna atawa engke oge pan sami bae urang bakal papisah jiga kieu”
“Tong satengah satengah mun bade dipertahankeun sok pertahankeun”
Obrolan sareng ibu tadi ngieun urang galau, tapi naon ku urang tempo tadi beurang asa geus cukup jadi bukti yen Robert teh teu kabeuratan putus jeung urang. Satacan sare urang ngetik sms ka Robert
                Enjing tiasa pendak sakedap ditempat biasa jam 10?
Samenit dua menit sajam dua jam teu aya balesan nepi ka urang kasarean nungguanana. Isukna urang hudang isuk-isuk samemeh adan subuh ninggali kana hp teu aya balesan ti si Robert tapi urang geus niat yen poe iyeu rek nungguan manehna di taman. Jam nunjukeun kakara jam 9 tapi urang geus siap mangkat ka taman sangaja bolos heula kuliah alesana mah geuring. Urang diuk dina korsi dekeut lampu taman. Kakara jam satengah 10 urang diuk bari maca buku psykologi jang bahan uas minggu hareup. Teu karasa geus adan dzuhur, langit nu tadina cerah berubah poek da ditutupan ku mendung. Urang nahan sakuatna meh cimata teu kaluar, nahan nyoba ngahibur diri sorangan, urang leumpang ka mushala nu rada jauh ti Taman. Hujan turun jiga cai na ember nu dibahekeun langsung gede kaluar ti mushala urang ngaluarkeun payung rek balik ka imah mawa kapeurih tapi urang hayang mastikeun deui ka taman bener kitu si Robert teu datang. Urang belok deui ka taman dina korsi nu tadi urang diuk aya saurang nu geus teu asing, jangkung, make baju hideung keur huhujanan. Urang nyampeurkeun bari mayungan manehna
“Robert?”
“Hampura nya Zah, urang tadi ka gereja heula heunteu langsung kadieu”
“Muhun, teu nanaon. Tong didieu hujan”
“Zah, urang teu bisa lamun kudu jauh ti maneh deui. Urang teu bisa terus munafek”
Ngadenge kitu urang teu bisa nahan cimata, brug bae urang nangkeup awak baseuh nu aya hareupeun
“Zahra, kumaha lamun urang nikah bae”
Dagdigdug hate teu puguh rasa ditanya kitu mah, urang hayang, hayang pisan jadi pamajikan manehna tapi kumaha tembok pamisah urang sakitu jangkungna
“Zahra teu tiasa nolak, tapi kumaha jeung pamisah urang nu moal aya jembatanana?”
“Tong hariwang, urang bakal pisah ku hiji alesan”
“Naon eta Bert?”
“Pati”
Urang nangkeup beuki pageuh asa urang moal boga kasempetan deui nangkeup manehna sakitu pageuhna. Urang sieun kaleungitan manehna. Poe eta urang huhujanan tapi teu karasa tiris kusabab hate teu ngarasa sepi deui didieu dina hate urang ngan aya hiji ngaran nyaeta ngaran si Robert. Poe poe kahareupna kaliwatan ku uas jeung ngumpulkeun tugas tugas ahir nu kalayan lancar unggal poe urang bareng jeung si Robert. Ahirna urang nyampe kana liburan semester. Minggu pertama liburan urang ngondang babaturan sarerea kusabab aya acara sukuran pun Ibu buka cabang catring deui. Aya si best friend urang si Wawan, si Imah jeung teu kalewan si Robert oge datang.
“Zahra, kersa heunteu maneh jadi Ibu ti anak-anak Obet?” Pertanyaan si Robert ngagetkeun urang soalna urang keur ngarumpul jeung pada babaturan.
“Zahra teu tiasa nolak Bet. Tapi ijin heula ka Ibu da Zahra mah tos teu gaduh Apa”
Ngan sakitu jawaban urang sadayana ninggali ka arah ibu, pun ibu ukur unggeuk bari imut. Hatur nuhun Bu, hatur nuhun pisan.
“Berarti tinggal hiji deui, ijin ka apana Obet” ceuk wawan bari seuri
“Beu atuh Bet ek iraha?” Imah milu nguyahan
“Ayeuna atuh beu, wios heunteu tanteu dewi” ceuk obet nanya ka Ibu
“Mangga kasep, kahade nya kamari Zahra nuju teu damang”
“Heunteu Ibu ayeuna mah tos sehat” tembal urang bari sura-seuri
“Sehat pedah dilamar ku Obet” Wawan ngaheureuyan, geur nu aya didinya sasaleurian.
Teu lila tas aremam urang sadaya der ka imahna Robert rek ngalamar resmi tidituna mah kabeneran oge iyeu teh weekend jadi Apa sareng Ibuna oge aya dirompok. Sabenerna urang teu ngarti naon nu aya dina alan pikirana si Robert, asa teu aya beban pisan atawa poho yen urang teh beda agama, ah da asa teu mungkin. Sapanjang jalan urang neteup seukeut raray si Obet nu teu lila bakal jadi salaki urang.
“Tong ninggalikeun bae atuh ah, era jadina teh” Disindir kitu mah urang the kalah beureum pipina
“Hoyong ninggalikeun si Robert satacan manehna gaduh pamajikan”
Manehna seuseurian tapi seurina teu lila langsung rubah jadi pucet. Urang aya dina pertigaan lampu merah antri panghareupna dituturkeun ku mobil-mobil sejen ditukangeun. Urang kaget dihareupeun urang aya 2 bus ti 2 arah nu papalingpang, 5 detik brug mobil 2 tabrakan pas dihareupeun mata urang bakating ku tarik bus nu hijina ngaguling ka arah kiri, ka arah urang. Urang teu bisa kamana-mana, urang nangkeup si Robert nu ka terakhir kali na enya terakhir kalian, bus nindihan mobil si Robert ngancurkeun kaca hareup jeung ngaringsekeun mobil Honda City nu platna D 193333 RZ. Ayeuna urang apal kana maksud Gusti Allah, Allah bakal ngahijikeun urang jeung si Robert di akherat nu abadi. Urang bagja ayeuna bisa duaan jeung si Robert unggal detik unggal menit seuri nu abadi ninggali raga urang jeung si Robert disandingkeun duaan. Urang di kafanan, si Robert di kamejaan urang abadi duduaan dina dunya anu beda. 


Ket : Cerita ini hanya fiktif belaka dan dilindungi Undang-Undang Hak Cipta. Dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Sunda kelas XI semester 2. Jika mau mengcopy sertakan pengarangnya yaaa :)) 

Senin, 14 Mei 2012

Rintihan Jiwa

Senja yang beriring jadikan setiap tatapan ku kian redup & teduh
Seakan jiwa ini terasa lemah untuk jejaki alunan waktu yang beranjak kian pergi
Tinggalkan angan yang bahagia bersama senyum nan sejuk disinggahi

Akankah semua cerita hari yang ku temui dapat jadikan lisan ku kembali bersinar
Sampai semua dapat dialiri dengan keindahan hati demi seutas harapan ketenangan jiwa
Menjejaki tiap waktu yang berjalan

Segala angan hanya tinggal cerita ,,
Cerita tiap cerita semakin terasa kiasan ku ukir dihati
Ceria hanya sekedar melumpuhkan kegelisahan
Demi menatap keceriaan yang ku hadiri dalam kebersamaan 
 
Tuhan mengajariku cara mencintai makhluk-Nya
Dan aku salah mengartikan kasih sayang-Nya
Aku hanya lupa menyadari dia adalah milik-Mu
Hingga kehanyaan itu pun membuatku jatuh tersiksa

Walau rintihan jiwa ini terkadang susah untuk dimengerti
Namun ini liku kehidupan yang selalu beriring masalah 
Serta tekateki yang semestinya kita pahami
Hingga suatu hari nanti kita kan petik maksud bersama tujuan harapan hati untuk hadir dlm dunia ini
Hanyalah Tuhan dengan kebesaran-Nya kita di buat mengerti & dapat memahaminya

Minggu, 13 Mei 2012

Drama : Syukurku atas ujian-Mu


Tokoh
1. Aisyah  = P
2. Tante Aisyah P Sarah
3. Teman Aisyah P Laura
4. Nenek Aisyah P Siti
5. Ibu Aisyah P Aminah, dan Guru Aisyah Rina
6. Om Aisyah  L Samsul
7. Guru Ngaji Aisyah L Abdullah
8. Sepupu Aisyah, anak sarah dan samsul L Aldo
Aisyah adalah seorang gadis yang sangat baik hati, sabar dan pintar. Dia tinggal bersama Ibunya, Aminah yang telah menjanda karean ditinggal mati suaminya sejak Aisyah berusia 8 bulan didalam kandungan. Walaupun single parents namun Aminah telah berhasil membesarkan Aisyah menjadi seorang muslimah yang sabar.
(latar 1: Ruang keluarga Aminah dan Aisyah)
Aisyah : Umi, tau tidak hal apa yang membuatku paling bahagia didunia ini?
Aminah           : (mengusap kepala Aisyah) apa itu anak umi tersayang..
Aisyah             : Aku sangat bahagia karena aku menjadi anak Umi. Umi, kelak jika aku menikah aku ingin menjadi istri dan Ibu yang sangat sabar seperti Umi.
Aminah           : (Terharu) sayang, bersyukurlah pada Allah karena Dia yang telah ijinkan Umi untuk tetap mendampingimu hingga seusia ini. Berjanjilah pada Umi, kelak ketika kamu harus tanpa Umi jangan pernah menangis, karena tangisanmu akan menjadi kesedihan umi.
Aisyah             : Umi, kenapa bilang seperti itu? Aku tidak ingin jauh dari Umi. Aku takut karena hanya Umi yang paling mengerti aku.
Aminah           : Ah sayang, kamu kan sudah kelas 2 SMA ada saatnya kamu akan berjuang sendiri. Sudah-sudah segeralah mandi. Besok kita pergi ke makam ayah dan mengunjungi nenek ya
(latar 2, di luar makam selesai berdoa)
Aminah           : sayang, kamu pergilah sendiri kerumah Nenek. Umi merasa tidak enak badan.
Aisyah             : (Khawatir) Umi kenapa? Umi sakit, ya sudah umi nanti saja kerumah neneknya yah, aku takut Umi kenapa-kenapa.
Aminah           : (Tersenyum) Umi tidak apa-apa sayang, umi hanya masuk angin saja. Pergilah ke rumah nenekmu, dia akan menunggu terlalu lama untuk obat ini. Hati-hati sayang, jaga diri baik-baik ingat semua nasihat Umi!
Aisyah             : Ya sudah Umi, tapi bener kan Umi tidak apa-apa? Umi nanti Isah belikan bubur kesukaan Umi
Aminah           : Iya sayang, pergilah! Jangan lupa shalat dulu ketika akan pulang nanti tampaknya kamu akan Dzuhur disana.
Aisyah pun pergi, entah mengapa terasa sangat berat meninggalkan sang Ibu.
(latar 3: Rumah nenek)
Aisyah : Assalamualaikum Nek, (Cium tangan)        
Siti    : Waalaikumsalam Aisyah
Aisyah             : Nek, ini obat gosok untuk kaki nenek. Isah mau ikut shalat dulu yah Nek, isah tidak bisa lama-lama.
Siti    : Iya, tapi emang kenapa kok begitu buru-buru?
Aisyah             : Tidak apa-apa Nek, Aisyah akan belikan bubur untuk Umi takut Umi menunggu berlalu lama.
Selesai solat Aisyah segera begegas pulang dan membeli bubur, sesampainya dirumah, Aisyah tampak heran karena dirumahnya tampak ramai dan melihat ada bendera kuning dihalaman rumahnya, seketika bubur yang dibawanya pun jatuh seiring dengan tubuh Aisyah yang berlari cepat.
Aisyah             : Umi.. Umi.. Tante sebenarnya ada apa? Dimana Umi? Itu siapa tante?
Sarah : sayang, kamu tenang dulu. Istigfar dulu sayang. Dengarkan tante baik-baik, Allah telah memanggil Umi ke sisi-Nya.
Aisyah             : Enggak, enggak, tante jangan becanda apapun tentang Umi! Umi sedang menunggu bubur yang Isah belikan! Tante bohong!
Samsul            : Aisyah, kamu yang sabar ya Nak! Sabar, Allah tengah meguji kamu!
Aisyah membuka kain penutup jenazah dan menangis tersedu-sedu. Sarah dan Samsul menenangkan Aisyah.
7 Hari telah berlalu, Aisyah tidak pernah mau makan, tidak mau berangkat sekolah dia hanya terbaring ditempat tidur Ibunya tercinta. Karena kebinggungan Samsul memanggil Guru ngaji Aisyah untuk memberikan pencerahan kepada Aisyah.
(rumah Aisyah, teras belakang rumah)
Samsul            : Alhamdulillah, terimakasih sekali karena Bapak Abdullah ini sudah bersedia dating kemari ya Bu.
Sarah : Iya, Terimakasih sekali lagi pak Abdullah
Abdullah         : Ah, sama-sama Bapak Ibu, karena saya sudah mengganggap Aisyah sebagai anak saya sendiri, maklumlah dari kecil dia hanya bersama ibunya pastilah ini ujian terbesar untuknya.
Abdullah menghampiri Aisyah diteras belakang
Abdullah         : Assalamualaikum. (Aisyah tidak menjawab) Salam itu harus dijawab lho Aisyah, tidak lupa kan?. Saya tau hatimu telah sangat hancur, tapi jangan jadikan itu alas an untuk berbuat dosa Aisyah. Ibumu disana pasti tidak akan tenang melihatmu seperti ini. Kamu harus kuat dan melanjutkan hidup kamu!
Aisyah             : Untuk apa lagi saya hidup Pak? Ga guna kan? Saya benci Allah, kenapa harus Umi? Kenapa harus saya? Sedangkan yang saya punya hanya Umi dan sekarang saya tidak punya lagi siapa-siapa!
Abdullah         : MasyaAllah, Aisyah apa yang telah kamu katakan Nak? Segeralah istigfar atas perkataanmu itu! Allah memberikan ujian yang besar karena Dia sangat menyayangi kamu
Aisyah             : Apapun itu, bukan urusan Bapak! (ssambil pergi)
Keesokan harinya, Aisyah pindah kerumah Samsul dan Sarah
Samsul            : Aisyah, semoga kamu betah yah maaf rumah Om hanya segini-gininya.
Aisyah             : Tidak apa-apa Om, saya sangat berterimakasih.
Sarah : iya sayang, kamu jangan sungkan-sungkan yah sama Tante
(Di sekolah) Aisyah menjadi anak yang sangat cuek dan diam semenjak Ibunya meninggal.
Aldo : sah. Mumpung kelas kosong kita ke masjid aja yuk shalat Dzuhur dulu, biasanya kan kamu ga pernah kelewat.
Aisyah             : shalat aja sendiri, aku ga lagi butuh Tuhan! (sambil pergi. Dihampiri Laura)
Laura               : Gue denger, lo udah ga butuh Tuhan?
Aisyah             : Terus apa hubunganya dengan lo?
Laura               : Tenang dulu, gue cuma mau sharing aja kok. Gue punya masalah yang sama kaya lo sejak gue masih SMP. Hingga ketika gue baca sebuah buku yang ngajarin gue untuk ga percaya bahwa Tuhan itu ada. Kita tuh Cuma butuh usaha, toh semua itu tergantung kita bukan Tuhan. Bener kan?
Aisyah             : Mungkin lo bener, Tuhan tuh ga adil.
Laura               : Bumi ini diciptakan dengan sendirinya, dan akan hancur dengan sendirinya. Bukan karena Tuhan. So dalam hidup ini kita ga perlu Tuhan, semua adalah karena kita, kehendak kita dan ada ditangan kita.

Hari, Bulan telah berlalu selama itu Aisyah malas belajar kerjanya hanya main main dan main saja.
(latar: rumah ) Aisyah pulang sekolah bersama Aldo. Terdengar pertengkaran
Samsul                         : Kamu jangan hanya bisa nyalahin aku dong, aku begini karena kamu yang tidak peka
Sarah : Alah, dasar saja kamu laki-laki mata keranjang
Samsul            : (plak; menampar sarah) jaga perkataan kamu Sarah!
Aldo masuk kedalam rumah
Aldo : Pah, stop pah stop! Tolong jangan sakiti mamah lagi, papah sudah tega hanya karena istri muda papah? Lihat pah waktu dulu, waktu kita masih miskin mamah yang selalu mendampingi papah, papah itu sungguh tidak punya hati.
Samsul            : (menampar Aldo) sudahlah anak bau kencur seperti kamu tau apa! Lebih baik kita cerai !!
Sarah menangis, Aldo menenangkan samsul pergi
          : Tante, tante yang sabar yah. Tante bicarain lagi baik-baik sama Om samsul
Sarah : sudahlah, kamu ini tau apa kamu itu ponakan dia jelas kamu akan bela dia.
Seenjak kejadian itu Sarah sangat sinis terhadap Aisyah. Hari pembagian rapot semester 2 kelas 2 SMA tapi Sarah tidak mau mengambilkan rapot Aisyah. Menelepon samsul untuk meminta mengambilkan rapot.
(disekolah)
Rina  : Bapak, sebenarnya saya sangat kecewa melihat ini. Saya sangat menyayangkan 2 semester terakhir Aisyah sangat turun drastic, dia selalu mendapat rangking pertama sejak masih TK namun sekarang dia menghuni jajaran rangking terakhir. Kalau begini terus dia terancam tidak lulus.
Usai mengambil rapot, samsul dan Aisyah pergi ke suatu tempat.
Samsul : Aisyah, jujur Om kecewa atas menurunya prestasi belajar kamu, om perhatikan kamu juga sangat jauh dari Allah. Aisyah, kematian Ibu kamu bukan berarti hidup kamu pun mati, kamu harus terus berjuang. Ingat disana Ibu kamu menangis melihat keterpurukan kamu!
Aisyah : stop Om! Apa om pernah ngerasain kehilangan? Apa om pernah ngehargain perasaan orang lain yang tertinggalkan? Enggak kan Om? Aku diacuhin, dicuekin sama Tante sarah gara-gara aku masih numpang hidup sama dia, sedangkan Om kandung aku sendiri mencampakan dia! Aku sakit Om, dan asal Om tau sekarang aku ga butuh Tuhan. Kita akan dapatkan segalanya jika kita berusaha bukan karena Tuhan!! (sambil pergi)
Aisyah berjalan terus hingga sampai di rumahnya terdahulu bersama Ibunya, kemudian Aisyah lewat mushala Abdullah yang kebetulan ada Aldo disana.
Abdullah:Aisyah, mau kemana? kemari lah! Ikut mengaji bersama kami lagi.
Aisyah : Terimakasih untuk ajakan Anda, tetapi sekarang saya tidak percaya Tuhan! Sambil berlalu
Aldo : Aisyah, jaga bicara kamu!
Aisyah : sekarang aku benar-benar tau, ga ada alas an apapun untuk aku tetap jalani hidup. (lari)
(mencoba bunuh diri : Dilantai atas sekolah. Dikejar Aldo dan Abdullah)
Aisyah: Mau apa lagi kalian mengikuti aku? Dengar sekali lagi aku tidak percaya Tuhan itu ada, kalo pun ada dia itu sangat tidak adil. Dia mengambil mereka dari sisiku.
Aldo : Isah, kamu tenang. Kamu engga inget sama Nabi Muhammad yang lebih menderita dari kamu? Nabi Yusuf yang dibuang dan dijadikan budak?
Aisyah     :siapa mereka? Sekali lagi aku bilang. Tuhan itu tidak ada (hendak loncat, Samsul dating. Sarah dan nenek pun datang)
Samsul     : Jangan Aisyah! Jangan!! Maafkan Om yang telah menelantarkan kamu sungguh Om sangat menyesal.
Aisyah     : Percuma om, sudah tidak ada gunanya saya ada didunia ini.
Abdullah  : MasyaAllah, Aisyah ingat pada Ibumu yang sangat menderita disana melihat ulahmu!
Samsul     : Aisyah, jangan lakukan lagi hal konyol. Om janji akan ceraikan istri kedua Om dan hidup rukun kembali bersama kalian!
Aisyah     : (menangis lari ke pelukan Sarah), Tante aku lakukan ini untukmu. Semoga dengan ini aku dapat berguna membuatmu bahagia.
Sarah : (menangis) maafkan tante Aisyah, tante sangat menyesal. Tante sangat sayang padamu tapi tante selalu merasa sakit hati ketika melihat wajahmu mengingatkan tante pada samsul. Tante tidak membencimu sama sekali.
Aisyah     : Benarkah tante? Aku ingin keluarga Tante dan Om kembali rukun.
Samsul     : Ibu, maafkan bapak ya bu.. Bapak janji akan ceraikan istri kedua bapak.
Sarah : Maafkan ibu juga yah pak, bapak mendua juga kan mungkin karena ibu kurang memperhatikan Bapak. (mereka pun baikan, semua kembali kerumah)
(latar : Teras rumah)
Aldo : Isah, terimakasih yah. Keluarga aku kembali normal karena kamu telah menyadarkan ayahku.
Aisyah     : sama-sama, toh hanya itu yang aku bisa untuk membalas kebaikan keluargamu padaku.
Nenek      : (menghampiri), sudah waktunya shalat asyar. Yuk kita shalat berjamaah
Aisyah     : Kalian saja, aku tidak mau dan tidak akan pernah mau.
Abdullah  : Aisyah, Allah menguji kamu bukan berarti karena Dia membenci kamu. Justru Dia member ujian karena Dia sayang pada Hamba-Nya. Kamu juga harus ingat, dalam hidup tidak selamanya semua berjalan seperti keinginan kita. Ada saatnya ketika kita harus bersabar!
Aisyah     : Tapi kenapa harus saya Pak Ustadz? Sejak lahir pun saya tidak pernah melihat wajah asli Ayah kandung saya, lalu ketika saya bahagia atas hidup kenapa Tuhan harus ambil ibu saya dengan alas an yang tidak jelas?
Nenek      : Isah, semua adalah titipan, hanya milik-Nya, jadi kapan pun Dia kehendaki Dia akan ambil itu semua kembali. Contohnya, nenek bisa berjalan kembali setelah bertahun-tahun lumpuh karena penyakit?! Kamu tidak benar-benar lupa akan itu sayang, karena kami telah menanamkanya sejak kamu masih kecil.
Samsul     : Kita akan memulai semuanya dari awal, di bawah ridho Allah. Amin..
Sarah : Iya Isah, anggaplah tante sebagai ibu kamu sendiri. Kita adalah keluarga
Mereka saling berpelukan dan Aisyah pun sadar. (Mereka shalat berjamaah). Hingga pada akhirnya Aisyah dan Aldo mendapatkan beasiswa kedokteran di NationalUniversity of Singapura. END