Tokoh
1. Aisyah
= P
2. Tante
Aisyah P Sarah
3. Teman
Aisyah P Laura
4. Nenek
Aisyah P Siti
5. Ibu
Aisyah P Aminah, dan Guru Aisyah Rina
6. Om
Aisyah L Samsul
7. Guru
Ngaji Aisyah L Abdullah
8. Sepupu
Aisyah, anak sarah dan samsul L Aldo
Aisyah
adalah seorang gadis yang sangat baik hati, sabar dan pintar. Dia tinggal
bersama Ibunya, Aminah yang telah menjanda karean ditinggal mati suaminya sejak
Aisyah berusia 8 bulan didalam kandungan. Walaupun single parents namun Aminah
telah berhasil membesarkan Aisyah menjadi seorang muslimah yang sabar.
(latar
1: Ruang keluarga Aminah dan Aisyah)
Aisyah : Umi, tau tidak hal apa yang membuatku paling
bahagia didunia ini?
Aminah : (mengusap kepala Aisyah) apa itu
anak umi tersayang..
Aisyah :
Aku sangat bahagia karena aku menjadi anak Umi. Umi, kelak jika aku menikah aku
ingin menjadi istri dan Ibu yang sangat sabar seperti Umi.
Aminah :
(Terharu) sayang, bersyukurlah pada Allah karena Dia yang telah ijinkan Umi
untuk tetap mendampingimu hingga seusia ini. Berjanjilah pada Umi, kelak ketika
kamu harus tanpa Umi jangan pernah menangis, karena tangisanmu akan menjadi
kesedihan umi.
Aisyah :
Umi, kenapa bilang seperti itu? Aku tidak ingin jauh dari Umi. Aku takut karena
hanya Umi yang paling mengerti aku.
Aminah :
Ah sayang, kamu kan sudah kelas 2 SMA ada saatnya kamu akan berjuang sendiri.
Sudah-sudah segeralah mandi. Besok kita pergi ke makam ayah dan mengunjungi
nenek ya
(latar 2, di luar makam selesai berdoa)
Aminah :
sayang, kamu pergilah sendiri kerumah Nenek. Umi merasa tidak enak badan.
Aisyah :
(Khawatir) Umi kenapa? Umi sakit, ya sudah umi nanti saja kerumah neneknya yah,
aku takut Umi kenapa-kenapa.
Aminah :
(Tersenyum) Umi tidak apa-apa sayang, umi hanya masuk angin saja. Pergilah ke
rumah nenekmu, dia akan menunggu terlalu lama untuk obat ini. Hati-hati sayang,
jaga diri baik-baik ingat semua nasihat Umi!
Aisyah :
Ya sudah Umi, tapi bener kan Umi tidak apa-apa? Umi nanti Isah belikan bubur
kesukaan Umi
Aminah :
Iya sayang, pergilah! Jangan lupa shalat dulu ketika akan pulang nanti tampaknya
kamu akan Dzuhur disana.
Aisyah pun pergi, entah mengapa terasa
sangat berat meninggalkan sang Ibu.
(latar 3: Rumah nenek)
Aisyah : Assalamualaikum Nek, (Cium tangan)
Siti :
Waalaikumsalam Aisyah
Aisyah :
Nek, ini obat gosok untuk kaki nenek. Isah mau ikut shalat dulu yah Nek, isah
tidak bisa lama-lama.
Siti :
Iya, tapi emang kenapa kok begitu buru-buru?
Aisyah :
Tidak apa-apa Nek, Aisyah akan belikan bubur untuk Umi takut Umi menunggu
berlalu lama.
Selesai
solat Aisyah segera begegas pulang dan membeli bubur, sesampainya dirumah,
Aisyah tampak heran karena dirumahnya tampak ramai dan melihat ada bendera
kuning dihalaman rumahnya, seketika bubur yang dibawanya pun jatuh seiring
dengan tubuh Aisyah yang berlari cepat.
Aisyah :
Umi.. Umi.. Tante sebenarnya ada apa? Dimana Umi? Itu siapa tante?
Sarah :
sayang, kamu tenang dulu. Istigfar dulu sayang. Dengarkan tante baik-baik,
Allah telah memanggil Umi ke sisi-Nya.
Aisyah :
Enggak, enggak, tante jangan becanda apapun tentang Umi! Umi sedang menunggu bubur
yang Isah belikan! Tante bohong!
Samsul :
Aisyah, kamu yang sabar ya Nak! Sabar, Allah tengah meguji kamu!
Aisyah
membuka kain penutup jenazah dan menangis tersedu-sedu. Sarah dan Samsul
menenangkan Aisyah.
7
Hari telah berlalu, Aisyah tidak pernah mau makan, tidak mau berangkat sekolah
dia hanya terbaring ditempat tidur Ibunya tercinta. Karena kebinggungan Samsul
memanggil Guru ngaji Aisyah untuk memberikan pencerahan kepada Aisyah.
(rumah
Aisyah, teras belakang rumah)
Samsul :
Alhamdulillah, terimakasih sekali karena Bapak Abdullah ini sudah bersedia
dating kemari ya Bu.
Sarah :
Iya, Terimakasih sekali lagi pak Abdullah
Abdullah :
Ah, sama-sama Bapak Ibu, karena saya sudah mengganggap Aisyah sebagai anak saya
sendiri, maklumlah dari kecil dia hanya bersama ibunya pastilah ini ujian
terbesar untuknya.
Abdullah menghampiri Aisyah diteras
belakang
Abdullah :
Assalamualaikum. (Aisyah tidak menjawab) Salam itu harus dijawab lho Aisyah,
tidak lupa kan?. Saya tau hatimu telah sangat hancur, tapi jangan jadikan itu
alas an untuk berbuat dosa Aisyah. Ibumu disana pasti tidak akan tenang
melihatmu seperti ini. Kamu harus kuat dan melanjutkan hidup kamu!
Aisyah :
Untuk apa lagi saya hidup Pak? Ga guna kan? Saya benci Allah, kenapa harus Umi?
Kenapa harus saya? Sedangkan yang saya punya hanya Umi dan sekarang saya tidak
punya lagi siapa-siapa!
Abdullah :
MasyaAllah, Aisyah apa yang telah kamu katakan Nak? Segeralah istigfar atas
perkataanmu itu! Allah memberikan ujian yang besar karena Dia sangat menyayangi
kamu
Aisyah :
Apapun itu, bukan urusan Bapak! (ssambil pergi)
Keesokan harinya, Aisyah pindah kerumah
Samsul dan Sarah
Samsul :
Aisyah, semoga kamu betah yah maaf rumah Om hanya segini-gininya.
Aisyah :
Tidak apa-apa Om, saya sangat berterimakasih.
Sarah :
iya sayang, kamu jangan sungkan-sungkan yah sama Tante
(Di sekolah) Aisyah menjadi anak yang
sangat cuek dan diam semenjak Ibunya meninggal.
Aldo :
sah. Mumpung kelas kosong kita ke masjid aja yuk shalat Dzuhur dulu, biasanya
kan kamu ga pernah kelewat.
Aisyah :
shalat aja sendiri, aku ga lagi butuh Tuhan! (sambil pergi. Dihampiri Laura)
Laura :
Gue denger, lo udah ga butuh Tuhan?
Aisyah : Terus apa hubunganya dengan lo?
Laura : Tenang dulu, gue cuma mau
sharing aja kok. Gue punya masalah yang sama kaya lo sejak gue masih SMP.
Hingga ketika gue baca sebuah buku yang ngajarin gue untuk ga percaya bahwa
Tuhan itu ada. Kita tuh Cuma butuh usaha, toh semua itu tergantung kita bukan
Tuhan. Bener kan?
Aisyah : Mungkin lo bener, Tuhan tuh ga
adil.
Laura : Bumi ini diciptakan dengan
sendirinya, dan akan hancur dengan sendirinya. Bukan karena Tuhan. So dalam
hidup ini kita ga perlu Tuhan, semua adalah karena kita, kehendak kita dan ada
ditangan kita.
Hari, Bulan telah
berlalu selama itu Aisyah malas belajar kerjanya hanya main main dan main saja.
(latar:
rumah ) Aisyah pulang sekolah bersama Aldo. Terdengar pertengkaran
Samsul :
Kamu jangan hanya bisa nyalahin aku dong, aku begini karena kamu yang tidak
peka
Sarah :
Alah, dasar saja kamu laki-laki mata keranjang
Samsul :
(plak; menampar sarah) jaga perkataan kamu Sarah!
Aldo masuk kedalam rumah
Aldo :
Pah, stop pah stop! Tolong jangan sakiti mamah lagi, papah sudah tega hanya
karena istri muda papah? Lihat pah waktu dulu, waktu kita masih miskin mamah
yang selalu mendampingi papah, papah itu sungguh tidak punya hati.
Samsul :
(menampar Aldo) sudahlah anak bau kencur seperti kamu tau apa! Lebih baik kita
cerai !!
Sarah menangis, Aldo menenangkan samsul
pergi
: Tante, tante yang sabar yah. Tante
bicarain lagi baik-baik sama Om samsul
Sarah :
sudahlah, kamu ini tau apa kamu itu ponakan dia jelas kamu akan bela dia.
Seenjak
kejadian itu Sarah sangat sinis terhadap Aisyah. Hari pembagian rapot semester
2 kelas 2 SMA tapi Sarah tidak mau mengambilkan rapot Aisyah. Menelepon samsul
untuk meminta mengambilkan rapot.
(disekolah)
Rina :
Bapak, sebenarnya saya sangat kecewa melihat ini. Saya sangat menyayangkan 2
semester terakhir Aisyah sangat turun drastic, dia selalu mendapat rangking
pertama sejak masih TK namun sekarang dia menghuni jajaran rangking terakhir.
Kalau begini terus dia terancam tidak lulus.
Usai mengambil rapot, samsul dan Aisyah
pergi ke suatu tempat.
Samsul :
Aisyah, jujur Om kecewa atas menurunya prestasi belajar kamu, om perhatikan
kamu juga sangat jauh dari Allah. Aisyah, kematian Ibu kamu bukan berarti hidup
kamu pun mati, kamu harus terus berjuang. Ingat disana Ibu kamu menangis
melihat keterpurukan kamu!
Aisyah :
stop Om! Apa om pernah ngerasain kehilangan? Apa om pernah ngehargain perasaan
orang lain yang tertinggalkan? Enggak kan Om? Aku diacuhin, dicuekin sama Tante
sarah gara-gara aku masih numpang hidup sama dia, sedangkan Om kandung aku
sendiri mencampakan dia! Aku sakit Om, dan asal Om tau sekarang aku ga butuh
Tuhan. Kita akan dapatkan segalanya jika kita berusaha bukan karena Tuhan!!
(sambil pergi)
Aisyah
berjalan terus hingga sampai di rumahnya terdahulu bersama Ibunya, kemudian
Aisyah lewat mushala Abdullah yang kebetulan ada Aldo disana.
Abdullah:Aisyah,
mau kemana? kemari lah! Ikut mengaji bersama kami lagi.
Aisyah :
Terimakasih untuk ajakan Anda, tetapi sekarang saya tidak percaya Tuhan! Sambil
berlalu
Aldo :
Aisyah, jaga bicara kamu!
Aisyah :
sekarang aku benar-benar tau, ga ada alas an apapun untuk aku tetap jalani
hidup. (lari)
(mencoba bunuh diri : Dilantai atas
sekolah. Dikejar Aldo dan Abdullah)
Aisyah: Mau apa lagi kalian mengikuti
aku? Dengar sekali lagi aku tidak percaya Tuhan itu ada, kalo pun ada dia itu
sangat tidak adil. Dia mengambil mereka dari sisiku.
Aldo :
Isah, kamu tenang. Kamu engga inget sama Nabi Muhammad yang lebih menderita
dari kamu? Nabi Yusuf yang dibuang dan dijadikan budak?
Aisyah :siapa
mereka? Sekali lagi aku bilang. Tuhan itu tidak ada (hendak loncat, Samsul
dating. Sarah dan nenek pun datang)
Samsul :
Jangan Aisyah! Jangan!! Maafkan Om yang telah menelantarkan kamu sungguh Om
sangat menyesal.
Aisyah :
Percuma om, sudah tidak ada gunanya saya ada didunia ini.
Abdullah :
MasyaAllah, Aisyah ingat pada Ibumu yang sangat menderita disana melihat
ulahmu!
Samsul :
Aisyah, jangan lakukan lagi hal konyol. Om janji akan ceraikan istri kedua Om
dan hidup rukun kembali bersama kalian!
Aisyah :
(menangis lari ke pelukan Sarah), Tante aku lakukan ini untukmu. Semoga dengan
ini aku dapat berguna membuatmu bahagia.
Sarah :
(menangis) maafkan tante Aisyah, tante sangat menyesal. Tante sangat sayang
padamu tapi tante selalu merasa sakit hati ketika melihat wajahmu mengingatkan
tante pada samsul. Tante tidak membencimu sama sekali.
Aisyah :
Benarkah tante? Aku ingin keluarga Tante dan Om kembali rukun.
Samsul :
Ibu, maafkan bapak ya bu.. Bapak janji akan ceraikan istri kedua bapak.
Sarah :
Maafkan ibu juga yah pak, bapak mendua juga kan mungkin karena ibu kurang
memperhatikan Bapak. (mereka pun baikan, semua kembali kerumah)
(latar : Teras rumah)
Aldo :
Isah, terimakasih yah. Keluarga aku kembali normal karena kamu telah
menyadarkan ayahku.
Aisyah :
sama-sama, toh hanya itu yang aku bisa untuk membalas kebaikan keluargamu
padaku.
Nenek :
(menghampiri), sudah waktunya shalat asyar. Yuk kita shalat berjamaah
Aisyah :
Kalian saja, aku tidak mau dan tidak akan pernah mau.
Abdullah :
Aisyah, Allah menguji kamu bukan berarti karena Dia membenci kamu. Justru Dia
member ujian karena Dia sayang pada Hamba-Nya. Kamu juga harus ingat, dalam
hidup tidak selamanya semua berjalan seperti keinginan kita. Ada saatnya ketika
kita harus bersabar!
Aisyah :
Tapi kenapa harus saya Pak Ustadz? Sejak lahir pun saya tidak pernah melihat
wajah asli Ayah kandung saya, lalu ketika saya bahagia atas hidup kenapa Tuhan
harus ambil ibu saya dengan alas an yang tidak jelas?
Nenek :
Isah, semua adalah titipan, hanya milik-Nya, jadi kapan pun Dia kehendaki Dia
akan ambil itu semua kembali. Contohnya, nenek bisa berjalan kembali setelah
bertahun-tahun lumpuh karena penyakit?! Kamu tidak benar-benar lupa akan itu
sayang, karena kami telah menanamkanya sejak kamu masih kecil.
Samsul :
Kita akan memulai semuanya dari awal, di bawah ridho Allah. Amin..
Sarah :
Iya Isah, anggaplah tante sebagai ibu kamu sendiri. Kita adalah keluarga
Mereka
saling berpelukan dan Aisyah pun sadar. (Mereka shalat berjamaah). Hingga pada
akhirnya Aisyah dan Aldo mendapatkan beasiswa kedokteran di NationalUniversity
of Singapura. END